Saturday, April 23, 2016

Pak Ahmad

Pak Ahmad




Dulu saya punya teman yang banyak membantu saya. Seorang pria lewat paruh baya, yang ketika saya tanyakan berapa usianya dijawab 72 tahun. Saya tidak percaya karena bila saya perkirakan dengan kondisinya yg masih aktif bekerja, full senyum dan selalu bersemangat setidaknya usianya saat itu sekitar 65 tahun.

Saya karyakan Pak Ahmad karena saat itu sekolah tempat saya bekerja membutuhkan tenaga kebersihan berikut orang yang bisa merapikan tanaman setiap harinya. Pak Ahmad langsung menyanggupi mengerjakan apa yang saya minta,  selain rajin, Pah Ahmad juga selalu punya inisiatif untuk mengerjakan sesuatu walaupun itu diluar dari tanggungjawab kerjanya.

Saya menilai laki-laki berpostur kurus kecil ini beranggapan semakin multi tasking ia akan menjadi lebih bernilai. Kadang ada orang yang merasa dirinya lebih baik bila mempunyai banyak manfaat bagi o rang-orang disekitarnya, walau untuk itu kadang orang tidak menyadari hingga efeknya adalah kurang menghargai. Pak Ahmadi masuk dalam kategoro ini. Semua dilakukan karena keikhlasan.

Pernah, saya butuh seseorang untuk mengganti genteng rumah, pak ahmad menawarkan dirinya namun saya menynagsikan ia sanggup melakukannya karena faktor umur, namun ia ngotot dan baru saya iyakan ketika ada teman yang memberikan referensi bahwa pak ahmad memang bisa melakukannya....saya akhirnya melihat dengan kepala mata sendiri pak ahmad memanjat atap rumah dengan gesit dan mengganti genteng-genteng pecah di atap rumah saya.

Suatu hari saya pernah terkunci dalam rumah karena kunci pintu yang rusak. Kebetulan ada pak ahmad yang lewat depan rumah dan coba membantu. Berbagai usaha dilakukan namun tidak dapat mengeluarkan saya melewati pintu bermasalah itu. Usaha terakhir adalah kami berdua membuka baut teralis jendela supaya saya yang harus berangkat kesekolah dapat mengajar anak-anak pagi itu. Tak berapa lama akhirnya dengan disaksikan Pak Ahmad saya berhasil keluar dengan melompati jendela rumah.

Saya merasa sangat terbantu karena pak ahmad itu bisa mengerjakan apa yang tidak bisa saya lakukan atau lebih tepatnya lagi adalah melakukan apa yang saya tidak hiraukan. Di depan rumah kebetulan ada beberapa pohon pisang yang dulunya di tanam oleh tetangga sebelah rumah namun posisinya tepat di depan rumah saya, istilahnya saya nantinya akan memanen buah pisang dengan tanpa menanamnya. Karenanya ketika pohon-pohon pisang itu berbuah dan hampir matang saya tidaklah terlalu hirau. Suaru siang yang panas saat saya pulang mengajar saya dapati satu tandan pisang tersandar di dekat pintu rumah, saya langsung bisa menebak pasti pak ahmad yang melakukannya. Saya bawa bawa masuk pisang tersebut, saya potong-poting tiap sisirnya dan saya bagikan rata ke tetangga.

Di sekolah juga pah ahmad ini seringkali melakukan pekerjaan seperti momong anak TK yang menangis karena lama dijemput, bantu gotong barang-barang ibu kantin ,mengantar surat, bantu foto copy, antar jemput anak, bantu saya dekor saat ada anak yang ultah di sekolah atau menanyakan apakah saya mau beberapa tanaman yang ditemukannya di rumah kosong di tempatkan di halaman rumah saya karena menurutnya akan lebih indah bila di tanam di bawah pohon mangga di depan rumah. Pak Ahmad selalu berusaha berbagi dengan caranya. Adakalanya ia membagikan pepaya dan singkong hasil kebunnya atau menawarkan saya pisang goreng hasil panen di rumahnya untuk sarapan saat saya baru tiba di sekolah.

Ada sebagian orang beranggapan bahwa mengerjakan sesuatu yang bukan kapasitasnya sama saja dengan merendahkan kulaitas diri, namun bagi pak ahmad selama dirinya bermanfaat akan merupakan nilai tersendiri bagi dirinya. Ada tersirat perasaan bangga ketika di 72 tahun usianya ia masih memiliki nilai manfaat, bisa bantu meringankan pekerjaan orang lain walau dengan imbalan seikhlasnya.

Pak Ahmad hidup dengan anak dan cucunya yang hidup sederhana kurang lebih 2-3 km dari sekolah tempat saya bekerja, sehari-hari ia mengendarai sepeda ontel namun sering kali mengendarai motor yang dipinjamkan bila mengantar surat yang jaraknya jauh atau mengantar anak TK pulang karena lama baru dijemput. Setiap hari mengendarai sepeda ini mungkin menyebabkan pak ahmad sehat dan jarang sakit di usianya yang senja.

Hal yang menyedihkan adalah ketika saya harus menyatakan bahwa saya harus pindah ke Pontianak setelah 9 tahun hidup di Bogor. Pak Ahmad menyikapi dengan bijaksana dan menawarkan dirinya untuk merapikan rumah dan bantu packing.  Ini kisah terakhir saya dgn pak ahmad, teman saya, partner kerja, asisten, kadang menjadi orang tua yg bijak menasehati.

Sudah setahun lebih saya tidak bertemu dengannya, hingga beberapa hari lalu saya mendapat kabar via whatsapp dari teman saya di Bogor bahwa sudah jalan sebulan pak Ahmad sakit karena darah rendah dan sariawan hingga harus di infus. Saya dikirim fotonya dan mata saya berkaca-kaca melihat foto yang memperlihatkan laki-laki usia senja yang ternyata menurut pengakuan anaknya berumur 82 tahun terkulai tak berdaya di tempat tidurnya.



Ternyata demi diakui dan dianggap mampu bekerja pak ahmad mengkorupsi umur 10 tahun di hadapan saya.  Saya merasa bersalah kenapa mengkaryakan banyak sekali pekerjaan ke aki-aki yang seharusnya sudah harus menikmati hidup tenang di rumah. Menurut anaknya, bekerja itu keinginan bapaknya, walau sudah dilarang tetap saja setiap hari bekerja, menurutnya itu karena bapaknya orang yg tidak bisa diam dan selalu ingin melakukan apa saja yg bisa dikerjakannya.

Pak Ahmad, walau saya jauh saya selalu ingat bapak karena di Pontianak susah menemukan orang ulet seperti pak ahmad.....cepat sembuh ya pak....saya masih ingin panen pisang dan pak ahmad yang menebangkan pohonnya ketika saya sedang tidak di rumah.....





Sesungguhnya bekerja itu adalah harga diri laki-laki, dan
Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama